KM Bali 1, Dompu-Tahun 1933. Soekarno menulis artikel "Mencapai Indonesia Merdeka". Tahun-tahun itu menyinggung "kemerdekaan" dianggap ekstrimis, pembangkang, dan bahkan dianggap sebagai upaya melawan pemerintahan belanda yang sah. Maka atas tulisan yang dianggap berbahaya itu soekarno kembali ditangkap dan dijebloskan ke-penjara. Memang bukan kali pertama soekarno ditangkap karena tulisan-tulisannya yang dianggap berbahaya. Empat tahun sebelum itu. Tahun 1929 soekarno juga ditangkap atas risalahnya yang berjudul "Nasionalisme, Islamisme, dan Marxisme". Memang.. tulisan itu menyerukan persatuan  dikalangan pergerakan untuk mengusir belanda. Dan wajar saja jika soekarno ditangkap. Namun itu semata karena perjuangan merebut kemerdekaan dari penjajah. Tahun 1933 soekarno kembali ditangkap kerena jenis tulisan yang serupa, namun penangkapan kali ini berbeda. Soekarno tidak dipenjara, melainkan pembuangan.

Ende, salah satu kota di propinsi Nusa Tenggara Timur, terletak dipesisir selatan pulau flores Indonesia. Disinilah Soekarno dibuang. Empat tahun masa pengasingan tentu tidak membuat jiwa pergerakan Soekarno hilang. Namun selama empat tahun itu Seokarno menjadi pembina grup sandiwara kelimutu, selama empat tahun itu pula, dua belas naskah sandiwara tercipta dari tangan soekarno.

Hingga tiba suatu hari, saat bapak bangsa ini merenung dibawah pohon sukun di tempat pengasingannya, Seokarno menemukan ilham tentang dasar Indonesia merdeka kelak. "Di pulau Bunga yang sepi tidak berkawan aku telah menghabiskan waktu berjam-jam lamanya merenungkan di bawah pohon kayu. Ketika itu datang ilham yang diturunkan oleh Tuhan mengenai lima dasar falsafah hidup yang sekarang dikenal dengan Pancasila. Aku tidak mengatakan, bahwa aku menciptakan Pancasila. Apa yang kukerjakan hanyalah menggali tradisi kami jauh sampai ke dasarnya dan keluarlah aku dengan lima butir mutiara yang indah,” begitulah Soekarno menyebut Panca Sila sebagai Lima Butir Mutiara.

Singkat cerita, dibentuklah Dokuritsu Junbi Cosakai alias Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Badan yang beranggotakan 59 orang ini didominasi oleh tokoh-tokoh pergerakan, termasuk Soekarno dan Hatta. Tugas mereka tidak lain untuk merancang pembentukan negara Indonesia. Maka pada  tanggal 1 Juni 1945 disidang perdana BPUPKI inilah Soekarno memaparkan lima butir mutiara yang iya maksud, kemudian dibentuk tim sembilan untuk memperbaiki lima butir mutiara itu sehingga jadilah piagam jakarta. Dan pada tanggal 18 agustus 1945 se-hari setelah deklarasi kemerdekaan Indonesia, sempurnalah piagam jakarta menjadi dasar negara Republik Indonesia yang hari ini kita kenal sebagai Panca Sila.

Ingin sekali saya menulis kembali lima butir dasar negara itu, namun apalah guna tulisan ini jika hanya menulis ulang teks yang bahkan sudah dihafal diluar kepala oleh rakyat Indonesia. Masa iya.. ada yang tidak hapal? Celaka sekali anda jika tidak hapal Panca Sila. Gimana mau diterapkan dalam  kehidupan, sedangkan hapal saja itu Panca Sila tidak.

Saudaraku yang budiman..
Tidakkah hati kita tersentuh atas bagaimana dasar negara kita terbentuk?
Tidakkah kita malu pada diri kita sendiri atas bagaimana kita memperlakukan bangsa ini?
Lihatlah para pendahulu kita, mereka bahkan patungan untuk menaruh emas dipuncak Monas, bandung bahkan rela kotanya dibakar demi mempertahankan kemerdekaan, sulawesi tidak kurang dari 40.000 warganga dibantai demi mempertahankan kemerdekaan, Rawagede 431 warganya dibantai karena memilih bungkam ketika ditanya tentang Lukas Kustaryo. Siapa Lukas ini? Apa dosanya? Siapa dibalik pembantaian di sulawesi?, nanti..tunggu tulisan selanjutnya, itupun kalau mood saya bagus. Sekarang kita kembali ke topik dulu. Hehehe...

Lihatlah kelakuan para elit negara kita hari ini, tingkah lakunya sungguh jauh dari nilai-nilai pancasila. Namun ketika didepan layar-layah televisi, mereka berbicara seolah paling nasionalis, paling panca silais, bahkan merasa lebih pancasilais dari pencetus pancasila itu sendiri. Sebut saja menteri dari PDIP dan Gerindra itu, yang satu dikenal sebagai tokoh anti korupsi, yang satu lagi dibesarkan dengan penuh integritas oleh orang yang memungutnya. Yaa..setidaknya itu versi mereka. Tapi lihatlah apa yang mereka lakukan?, mereka bersekongkol untuk merampok negara, merampas hak-hak orang miskin, mereka yang paling pancasilais justru yang melakukan extra ordinary crime (kejahatan luar biasa). Mereka mengingatkan saya pada pernyataan Yudi Latif  (Jaya Suprana show, Yudi Latif - Pancasila) perihal perbedaan negarawan dengan politisi."negarawan adalah mereka yang mengorbankan hidupnya untuk negara, sedang politisi adalah mereka yang mencari hidup pada negara". Bagaikan menelan pil pahit, pernyataan ini sulit sekali saya sepakati lantaran banyaknya jumlah parpol di negara kita, namun pernyataan itu kian kesini semakin terbukti kebenarannya.

Ibu pertiwi menangis lantaran pancasila ternodai..Kian kesini, masyarakat dituntut tertib, taat pada keputusan dan hukum yang mereka rancang dari hasil tawar-menawar dan tekanan politik. Sedang mereka berlaga solah kebal atas hukum yang harusnya menyamaratakan kedudukan.

Saudaraku yang budiman..begitulah adanya negara kita hari-hari ini. Jika dosa semua elit negara kita dibahas disini, maka saya ragu jika tulisan ini akan selesai.
Mungkin benar, jika kekecewaan kita pada hari ini mudah membuat kita lari ke masa lalu, iri melihat pendahulu negri yang tulus dalam berkorban dan berjuang demi negri tercinta ini. Ada segumpal rindu yang terus menderu akan datangnya ratu adil penyelamat negri ini. Saya teringat pada sidang perdana BPUPKI yang ketika Hatta ditanya "Jika indonesia merdeka, negara seperti apa yang ingin kita bentuk?"Dengan wajah yang berseri, senyum yang tulus Bung Hatta menjawab "saya ingin membentuk negara dimana semua orang merasa bahagia didalamnya".
Saudaraku yang budiman..saya percaya masih ada orang-orang baik disekeliling kita, yang punya jiwa dan semangat juang seperti para pendahulu bangsa, mungkin berita sesak oleh kabar petaka namun api kemanusiaan harus tetap menyala. Tugas kita tetap pada posisi kebenaran yang lantang menolak kemungkaran dan senantiasa menjalankan tugas-tugas kebajikan.****

**** Ulul Albab : Aktifis Muhammadiyah Makassar

Posting Komentar

Posting Komentar

 
Top