Lurah Simpasai, Miskar, S.Sos
Pasalnya, air limbah warga dibuang begitu saja di tempat itu. Akibatnya, air tersebut mengalir dan meresap bahkan masuk ke areal kuburan. Tidak hanya itu, genangan air hujan juga masuk di lokasi itu. Selain itu, kondisi yang cukup parah ini justru mempengaruhi saat menggali kubur. Tidak jarang setelah menggali kuburan dengan kedalaman satu meter, rawan terjadi longsor.
Salah satu pengurus kuburan setempat, Nurdin, mengatakan setiap kali menggali kubur ketika ada orang meninggal dunia di lingkungan ini, pihaknya akan menentukan dimana lokasi kuburnya. Jika kuburan digali di sekitar saluran pembuangan, kondisinya sangat memprihatinkan apalagi sudah tercampur dengan air limbah.
Meski setiap kali ada acara pemakaman, soal saluran dan air limbah justru jadi topik perbincangan oleh sejumlah warga. Dengan demikian, Nurdin meminta salah satu fasilitas umum seperti drainase di TPU ini segera programkan.
Nurdin mengungkapkan hampir dua puluh tahun lamanya, TPU di Lingkungan Mangge Maci, ini jauh dari perhatian pemerintah. Baik untuk pengadaan lahan, pagar bahkan timbunan material di bagian dataran rendah TPU juga tidak pernah di sentuh oleh Pemerintah setempat. Selama ini hanya sebatas swadaya masyarakat.
"Tanah Kuburan ini hanyalah swadaya, dulu masing-masing Kepala keluarga di lingkungan ini mengumpulkan duit sebesar Rp. 75.000 per KK," Kisahnya.
Tidak hanya itu, pagar keliling TPU itu pun, Nurdin kembali menjelaskan hanya sebatas swadaya dengan menggunakan kayu dan bambu agar ternak tidak bisa masuk dan merusak di areal tersebut.
Ketua Rt 26, Slamet membenarkan bahwa di areal pemakaman untuk saluran ini sudah puluhan tahun lamanya tidak pernah diprogramkan oleh Pemerintah setempat. Parahnya lagi, warga yang tinggal di sekitar areal itu juga sulit mendapatkan akses untuk saluran limbah akhir. Akibatnya, salah satu alternatifnya sebagian tanah TPU ini dijadikan tempat pembuangan air limbah rumah tangga.
Meskipun sudah dibuat saluran ala kadarnya tetap saja airnya merembes masuk ke dalam kuburan. Seharusnya saluran untuk itu, menurutnya dibuat drainase agar air limbah di tempat itu tidak merembes masuk ke dalam.
"Air buangan limbah akhir warga sekitar itu masuk di areal kuburan. Tidak sampai di situ, air limbah ini juga tergenang hingga ke jalan ekonomi," ujarnya, Jum'at (19/08) pagi tadi.
Slamet mengatakan jarak saluran pembuangan dari rumah warga hingga ke jalan ekonomi lebih kurang puluhan meter. Dengan kondisi ini seharusnya pemerintah setempat dapat memperhatikan dan segera bertindak. Sungguh disayangkan, jika hal ini tidak segera tertangani secepatnya.
Jauh sebelum itu, kata Slamet, Dirinya pernah menyampaikan keluhan ini ke salah satu anggota legislator. Namun hingga beberapa tahun terakhir ini belum juga digubris. Sangat Ironi jika anggota legislator itu tidak mampu memperbaiki fasilitas umum tersebut. Ketika ditanya siapakah anggota legislator yang pernah berjanji pada saat itu. Sayangnya Dia tidak menyebutkan secara detailnya, siapa, dimana, bagaimana dan kapan soal ini disampaikan ke pihak legislator yang di maksud? Hanya saja, Slamet menyebutkan anggota legislator itu, yang pasti masuk pada daerah pemilihan (Dapil) Woja.
"Ini kan soal kuburan untuk fasilitas umum, seharusnya pemerintah setempat secepatnya memperhatikan dan segera buat drainasenya," harap Ketua Rt.
Sementara Lurah Simpasai, Miskar S. Sos dikonfirmasi, Jum'at (19/08) merasa kaget ketika informasi ini disampaikan. Sebelum dikonfirmasi dirinya mengaku tidak pernah mengetahui dan tidak pernah dilaporkan oleh pihak bersangkutan. Namun mendengar informasi ini dia berjanji bakal melakukan survei secepatnya di lokasi TPU Lingkungan Mangge Maci.
Ketika ditanya realisasi anggaran untuk program apa saja tahun 2022 ini, dirinya hanya mengutarakan bahwa anggaran di tingkat Kelurahan jumlahnya terbatas. Meski demikian, jika pekerjaan itu diperkirakan anggarannya mencapai sepuluh juta rupiah, itu tersedia di Kelurahan.
"Kalau anggaran sepuluh hingga dua puluh juta rupiah anggarannya ada di Kelurahan," cetusnya. (As)
Posting Komentar