Sekretaris Lurah Simpasai (Baju Putih) serta sejumlah staf bersama Warga tengah meninjau langsung Air Limbah yang merembes masuk ke Kuburan. 

KM Bali 1 Dompu - Masalah Air Limbah warga yang merembes masuk ke dalam kuburan di Lingkungan Mangge Maci, Kelurahan Simpasai, Kecamatan Woja, Kabupaten Dompu, kini belum dipastikan kapan mulai ditangani. Meski sejumlah staf Kelurahan Simpasai sudah meninjau langsung kondisinya di lokasi, Rabu (24/08) kemarin. 

Dari pantauan, pengakuan staf, membenarkan bahwa air limbah tergenang hingga masuk ke kuburan. Namun sayangnya, rencana nyelesaian dari masalah ini masih diproses lantaran anggaran yang di kelola oleh Pemerintah Kelurahan setempat sangat terbatas. 

Untuk program fisik di Kelurahan Simpasai, Sekretaris Lurah, Usman menyebutkan anggaran hanya sebesar Rp.150 juta. Anggaran ini pun diperuntukkan tujuh lingkungan di Kelurahan Simpasai. Sementara beberapa tahun lalu di Lingkungan Mangge Maci sudah mendapatkan jatah rehabilitas saluran dan rabat gang. 

Karena minimnya anggaran untuk program fisik, Lanjut Usman, pihaknya bakal mengusulkan ke pemerintah Kabupaten untuk pembuatan saluran sanitasi induknya. Ketika ditanya apakah (Saluran Pembuangan Air Limbah) SPAL yang dipersoalkan ini dikerjakan di tahun ini? Pihaknya belum bisa memastikan. Usman mengatakan, untuk sementara waktu pihaknya akan menghitung-hitung dulu. 

Menurutnya, sepanjang jalan ekonomi samping kuburan ini dibuatkan dulu saluran induknya kemudian air limbah warga di sekitar lokasi kuburan itu disalurkan ke drainase. Untuk estimasi anggaran drainasenya diperkirakan cukup lumayan tinggi. Sementara anggaran yang di kelolah oleh Kelurahan saat ini, dia kembali mengingatkan sangat terbatas. 

"Di sepanjang jalan ini harus dibuatkan dulu saluran induknya baru direncanakan SPAL nya. Sementara anggaran kita sangat terbatas," ujarnya kemarin. 

Herman (45 th) Warga setempat mendesak agar saluran kecil dengan jarak puluhan meter segera dikerjakan agar air limbah tidak merembes ke dalam kuburan. Herman, mengatakan dengan kondisi seperti itu, Pemerintah setempat harus memprioritaskan SPAL ketimbang program lain yang kurang dipriotaskan.

Mirisnya, puluhan Kepala Keluarga (KK) di RT. 26, yang tinggal di sekitar kuburan puluhan tahun lamanya hanya mengandalkan lubang yang digali di belakang rumahnya masing-masing untuk pembuangan air limbah. Sementara sebagian warga lain membuang air limbahnya di lokasi kuburan. 

Dengan kondisi yang cukup parah ini, menurutnya, pihak Kelurahan Simpasai seharusnya merencanakan dan mengerjakan dulu SPAL nya, sembari menunggu alokasi anggaran untuk drainase induk. Herman menekankan Sarana yang paling mendasar ini secepatnya harus diselesaikan. Jika diukur, jarak saluran itu bisa dibilang tidak terlalu jauh sehingga diperkirakan estimasi anggarannya tidak terlalu besar. Bisa disisipkan sebagian kecil, dari total anggaran Rp.150 juta yang tersedia. 

"Kerjakan dulu saluran pembuangan atau SPAL nya supaya air limbah tidak masuk ke kuburan. Sisa pekerjaan ini nanti kita swadayakan," ujarnya. 

Hal serupa yang dikeluhkan, Sulaiman (thn 35), Ia bersama keluarganya hampir dua puluh tahun lamanya terpaksa menggali lubang di belakang rumahnya untuk disalurin air limbah. 

Dia tinggal berdekatan dengan orang tuanya, hanya menggali beberapa titik lubang agar air limbah tidak mengalir ke mana-mana. Ia berharap dengan kondisi ini pemerintah setempat segera mengerjakan SPAL. 

"Beberapa lubang kita gali di belakang rumah, supaya air limbahnya tidak kemana-mana," keluhnya. (As) 


Posting Komentar

Posting Komentar

 
Top