Kadis TanBun Muhammad Syahroni, SP, MM (Kanan) [Foto: KM Bali 1]

KM Bali 1, Dompu-Jagung, Porang, Padi, Sapi, dan Ikan atau yang lebih dikenal dengan JARA PASAKA merupakan Senjata yang dinilai ampuh oleh pemerintah daerah Kabupaten Dompu untuk menciptakan masyarakat yang Mandiri, Sejahtera, Unggul, dan Religius (MASHUR).  Bahkan JARA PASAKA telah disyahkan menjadi Program Unggulan Pemerintah Daerah dalam Pencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Dompu tahun 2021-2026 dalam Perda Nomor 2 Tahun 2021.

Pada akhir Tahun 2022 ini, Kabupaten Dompu meraih capaian pembangunan yang dinilai cukup Signifikan. Hal ini terlihat dari meningkatnya sejumlah indicator kesejahteraan masyarakat Dompu termasuk meningkatnya indicator perbaikan ekonomi masyarakat Pasca Wabah Corona.

Tidak hanya itu, kebangkitan perekonomian Dompu setelah dipukul oleh wabah yang mendunia yakni Covid 19, bahkan berhasil mengungguli percepatan pemulihan ekonomi di Daerah-Daerah Lain yang terhitung  sebagai Kota dan Kabupaten Besar di Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Baca: Dibawah AKJ – SYAH Dompu Pulih Lebih Cepat Pasca Corona


Namun benarkah JARA PASAKA adalah ujung tombak keberhasilan Pemerintah Daerah membangitkan Perekonomian dan Kesejahteraan masyarakat Dompu saat ini? Pertanyaan tersebut mengundang rasa penasaran media kmbali1.com untuk menelusuri Kondisi Real Komoditi Unggulan JARA PASAKA.

Sumber Data: Dinas Pertanian

 
Jagung
Jagung adalah salah satu Komoditi unggulan bagi pemerintah Daerah Kabupaten Dompu yang memang sudah menjadi andalan sejak 15 tahun terakhir. Di tangan AKJ – SYAH jagung masih menjadi penopang utama ekonomi Dompu.

Data yang dirilis Dinas Pertanian Dompu menunjukkan terus meningkatnya Produktifitas serta luas panen Komoditi Jagung. Pada Tahun 2020, Kabupaten Dompu memproduksi jagung Panen sebanyak 303.008 Ton dengan areal panen seluas 58.383 Hektar Are. 

Sementara itu pada tahun 2021, dengan luas areal Panen 61.028 Hektar Are, Produksi Jagung Dompu meningkat hingga mencapai 397.338 Ton. Produksi Jagung Dompu kembali meningkat di tahun 2022 sebanyak 482.365 Ton dengan Areal tanam yang juga makin luas yakni 74.153 Hektar Are.

Namun sayangnya, persentase peningkatan produksi Jagung ini menurun dari 31,13 Persen di tahun 2021 menjadi 21,40 persen di tahun 2022. Padahal perluasan areal panen di tahun 2022 mencapai 13.071 Hektar Are. Angka ini jauh lebih tinggi dibanding perluasan areal panen di tahun 2021 yang hanya meningkat hingga 2.699 Hektar Are saja.
 
Padi
Tahun 2020, Produksi Padi Dompu 177.852 Ton. Jumlah ini meningkat 1,09 persen pada tahun 2021 menjadi 179.801 Ton. Namun capaian Produksi Padi Dompu kemudian anjlok 17,04 persen di tahun 2022 yang hanya mencapai 149.157 Ton.
Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Dompu Muhammad Syahroni kepada kmbali1.com Selasa, (20/12) lalu di ruang kerjanya menjelaskan anjloknya capaian Produksi Padi di tahun 2022 ini adalah akibat dari beralihnya fungsi lahan yang semula digunakan petani untuk menanam Padi kini beralih untuk menanam tanaman Jagung. Ini terlihat dari data luas panen Jagung yang meningkat juga diikuti dengan menurunnya luas panen Padi di tahun 2022.
“Komoditi Pertanian ini kan bermain di lahan yang sama, konsekuensinya kalau ada peningkatan luas panen satu komoditi maka akan diikuti dengan menurunnya luas panen komoditi yang lain. Seperti dalam hal ini Komoditi Jagung dan Padi”, sebut Syahroni.

Porang

Porang yang diusung oleh pasangan Bupati dan wakil Bupati Dompu AKJ - SYAH telah terbukti ampuh sebagai Komoditas Politik. Namun saat ini sebagai Komoditas Ekonomi masyarakat Petani Dompu masih belum menjadikan Porang sebagai komoditi penopang utama ekonomi seperti layaknya Jagung dan Padi. 

Terkait hal ini, Kadis Pertanian Muhammad Syahroni menyebutkan sebagai tanaman tahunan, setidaknya ada tiga kendala utama yang menyebabkan Porang belum begitu berkontribusi secara ekonomi. Kendala pertama adalah besarnya biaya Produksi yang dikeluarkan mulai proses penanaman hingga panen. 

"Bedanya dengan komoditi Jagung, komoditi porang ini sebenarnya dari sisi budidayanya itu relatif besar input produksinya,  terutama masalah benihnya harus ada sentuhan investor", sebutnya. 

Kendala Kedua Kata Syahroni adalah kendala ketersediaan pasar yang siap membeli hasil panen Petani. Selain itu, Kendala Ketiga kata syahroni adalah Fluktuasi Harga yang saat ini cenderung menurun. 

Akibatnya, Produksi Porang tahun 2022 ini hanya mampu memenuhi 84,34 persen yakni sebanyak 29.520 Ton dari target yang diharapkan sebanyak 35.000 Ton. 

Menindak lanjuti kendala tersebut, Syahroni menjelaskan pihaknya saat ini sedang fokus untuk mengembangkan bibit Porang menggunakan sistem Demplot. Selain itu, untuk mengatasi persoalan ketersediaan pasar serta fluktuasi Harga, pihaknya saat ini tengah membuka komunikasi dengan pihak swasta.

"Kemudian terkait masalah kepastian Pasar dan harga porang Pemda Dompu sudah mulai membuka komunikasi kemitraan dengan PT. Joglo Semar Kertasari Makmur Jawa Tengah dan Koperasi Berkah Bumi Lombok di KLU", ungkapnya. 

Sebagai salah satu langkah kongkrit yang dilakukan pihaknya adalah mendatangkan pembeli Porang dari Tiongkok. Kedatangan pembeli ini dikatakan akanenjajaki peluang Eksport Porang dari Kabupaten Dompu.[Oz]

Posting Komentar

 
Top