Ilustrasi
KM Bali 1 Dompu-Harga elpiji 3 kilogram di tingkat pengecer di wilayah Dompu, NTB, melampaui Harga Eceran Tertinggi (HET). Persoalan itu, seolah-olah jauh dari perhatian Pemerintah. Dari laporan Disperindag setempat membantah adanya kelangkaan gas elpiji bersubsidi. Justru disebut-sebut penyaluran dari agen ke pangkalan hingga ke pengecer dalam keadaan stabil. Namun masalah kelangkaan dan kenaikan harga terus bermunculan di ruang publik.
Manejer PT. Dompu Cahaya makmur, Arif Rahmat Hakim, dikonfirmasi via whatsapp, Jum'at (9/6) kemarin, mengaku tidak ada istilah kelangkaan gas elpiji. Pihaknya tetap menyalurkan ke setiap pangkalan kecuali di hari minggu (libur). Kuotanya perhari disalurkan dengan menggunakan 4 armada itu sebanyak 1.680 tabung.
Sementara harga gas elpiji bersubsidi 3 kg yang dijual ke pangkalan atau ke pengecer, kata Dia, sesuai HET. "harganya sesuai HET, minimal Rp. 14.000 hingga maksimalnya Rp. 15.500, itu sesuai SK GUBERNUR NTB." ujarnya.
Masalah gas elpiji bersubsidi ini pun justru kembali mencuat. Meski dikatakan stabil dan sesuai Harga HET. Malah harganya melambung tinggi di atas HET. Salah satu warga Desa Raba baka, Jufrin (tahun 39) mengatakan, ia membeli gas elpiji bersubsidi 3 kg dengan harga cukup mahal. "Saya membeli ke pengecer harganya Rp. 25.000 pertabung." kata dia, Jum'at (9/6) kemarin sore.
Gas Elpiji subsidi yang diperuntukkan untuk masyarakat miskin ini seolah-olah belum terjawab dengan tuntas oleh pihak terkait. Meskipun beberapa hari lalu, seruan aksi unjuk rasa (Unras) dari Aliansi Masyarakat Idependen (AMI), Rabu (7/6) pekan lalu mendesak Pemda Dompu untuk segera menstabilkan harga hingga diminta segera berantas mafia gas. Nampaknya dilapangan belum serius tertangani. Masih beredar harga elpiji subsidi melampui HET. (As)
Posting Komentar