PT. Sukses Mantap Sejahtera berlokasi di Desa Doro Peti Kecamatan Pekat Kabupaten Dompu (foto: Internet)

KM Bali 1, Pekat-Tidak kurang dari 1551,66 Hektar tanaman Tebu milik PT. Sukses Mantap Sejahtera (SMS) dipastikan telah gagal dipanen pada musim ini. Tanaman Tebu yang gagal dipanen ini mencapai 3/4 dari total luas lahan tebu PT. SMS yang ditanam di wilayah HGU yang dikuasainya yakni 2256.44 Ha.

Sejak tiga tahun terakhir, lahan Tebu PT. SMS yang diserang hama Ternak yakni sapi dan kerbau milik warga. Sejak saat itu pula PT. SMS mengalami gagal panen dan jumlahnya terus meningkat tiap tahunnya. 

Akibat persoalan ini Kabupaten Dompu harus bersiap menghadapi 3 ancaman kerugian.


Harga Gula yang Meroket


Menurut data yang dirilis PT. SMS, pada tahun 2024 dipastikan tanaman tebu sebanyak 116.546,77 Ton gagal dipanen. Jumlah ini setara dengan 8.158,27 Ton gula kristal putih.

Sementara itu, hingga saat ini, kebutuhan Gula Kabupaten Dompu yang hanya 2.620 Ton per tahun 100 persen disuplai dari hasil produksi perusahan Gula terbesar di NTB itu.

"Kebutuhan Gula Provinsi Nusa Tenggara Barat adalah sebesar 58.939 Ton per tahun dengan perhitungan kebutuhan gula kristal putih konsumsi sebesar 10,6 kilogram per kapita per tahun. Untuk Kabupaten Dompu kebutuhan gula mencapai 2.620 Ton per tahun", Ungkap Muhary General Manager PT. SMS dalam sebuah wawancara Selasa, (7/5) di bilangan Jl. Soekarno Hatta Bada Dompu Siang tadi.

Akibatnya, ketersediaan Gula di Kabupaten Dompu dikhawatirkan akan terganggu secara signifikan sehingga menyebabkan kelangkaan dan mahalnya barang Pokok masyarakat tersebut.

"Pengaruh gagal produksi terhadap harga adalah sesuai dengan prinsip ekonomi supply dan demand dimana apabila supply rendah dan demand tinggi atau bahkan tetap namun supply menjadi langka maka secara otomatis harga akan meningkat. Ditambah lagi dengan naiknya biaya produksi yang disebabkan oleh kenaikan harga bahan bakar, kenaikan harga pupuk", jelas Muhari.


Ancaman PHK

Ilustrasi


Ancaman Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) oleh perusahaan menjadi ancaman yang mau tidak mau pasti dihadapi oleh para karyawan sebagai akibat menurunnya kapasitas produksi Gula oleh PT. SMS.

Dalam Press Rilistnya, PT. SMS disinyalir kesulitan menanggung beban gaji karyawan yang menganggur akibat pasokan bahan baku produksi yang minim.

Muhari menyebut, Kapasitas Maksimal bahan baku yang mampu diproses oleh perusahaannya adalah sebesar 5000 Ton per hari. Sementara itu, bahan baku yang tersedia dari sumber lahan HGU yang dikuasi PT. SMS dan Tebu warga hanya mampu menghasilkan 2000 ton bahan baku per hari. 

"Jadi karena produksi jauh berkurang dibawah kapasitas mengakibatkan waktu produksi berkurang. Yang dulunya 10 bulan kini hanya 3 bulan produksi. Jadi terpaksa dilakukan efisiensi tenaga kerja di beberapa departemen", ujarnya.


Buruknya Citra Dompu di Mata Investor

Ilustrasi


Pro Kontra terkait kawasan pelepasan hewan ternak ditengarai sebagai pemicu utama timbulnya masalah penyerangan Kebun Tebu PT. SMS oleh kawanan Hewan ternak tersebut di Kecamatan Pekat Kabupaten Dompu. Keadaan ini semakin diperparah karena hingga kini Pemda Dompu dinilai belum dirasakan kehadirannya untuk memberi solusi yang menguntungkan pihak perusahan dan warga pemilik ternak itu sendiri.

Jika keadaan ini terus berlanjut, Muhari mengingatkan hal tersebut dapat membangun citra buruk bagi Kabupaten Dompu sebagai tempat yang tidak mampu menjaga keamanan dan kenyamanan dalam berinvestasi.

"Pemerintah Daerah dirasa tidak hadir dalam menjaga keamanan berinvestasi bagi PT. SMS dan terkesan melakukan pembiaran dan tidak berusaha mencari solusi agar tebu dan ternak dapat bersinergi", sebutnya.

Meski begitu, Pihak perusahaan, kata Muhari bersedia bekerja sama dengan Pemda Dompu dalam menyusun sebuah solusi yang mampu menguntungkan berbagai pihak. 

Dengan merencanakan solusi sistem beternak yang efektif tanpa mengganggu kenyamanan iklim berinvestasi secara bersama, lanjut Pria asal Kota Makassar Sulsel ini, maka Pemda Dompu diyakini akan mampu mencapai misinya menjadikan dompu sebagai daerah Swasembada Sapi dan Swasembada Gula.

"Perlu dipahami, cara beternak yang baik adalah dengan terlebih dahulu merencanakan ketersediaan pakan sehingga ternak pun dapat mencapai potensi maksimal apalagi pemerintah juga saat ini memprogramkan swasembada ternak sama hal nya dengan swasembada gula", tandasnya.[Oz]

Posting Komentar

 
Top