KM Bali 1 Dompu - Meskipun PT Sumbawa Timur Mining (STM) mengumumkan perkiraan terbaru mengenai sumber daya Deposit Onto yang menunjukkan total mencapai 2,1 miliar ton pada tahun 2022. Setiap ton diperkirakan mengandung 0,86% tembaga (Cu) dan 0,48 gram emas (Au). kepercayaan publik terhadap perusahaan ini justru semakin tergerus. Pengumuman publik kedua ini, mengalami peningkatan dari perkiraan pertama tahun 2020 yang tercatat 1,7 miliar ton dengan kandungan 0,89% tembaga dan 0,49 gram emas per ton.
Rincian terbaru mencatat sumber daya mineral tertunjuk sebesar 1,1 miliar ton dengan kadar 0,93% tembaga dan 0,56 gram emas per ton. Sedangkan sumber daya mineral tereka tercatat sebesar 0,96 miliar ton dengan kadar 0,87% tembaga dan 0,44 gram emas per ton. Pengumuman publik ketiga direncanakan akan dilakukan setelah data pendukung dinyatakan cukup.
Data Deposit Onto:
Peningkatan Estimasi Sumber Daya: PT Sumbawa Timur Mining (STM) melaporkan peningkatan signifikan dalam estimasi total sumber daya Deposit Onto dari 1,7 miliar ton pada tahun 2020 menjadi 2,1 miliar ton pada tahun 2022. Meskipun terdapat penurunan sedikit pada kadar tembaga dan emas per ton, total estimasi menunjukkan potensi yang lebih besar.
Kualitas Sumber Daya: Sumber daya mineral tertunjuk menunjukkan kadar yang lebih tinggi (0,93% Cu dan 0,56 g/t Au) dibandingkan dengan total estimasi, sementara sumber daya mineral tereka memiliki kadar yang sedikit lebih rendah (0,87% Cu dan 0,44 g/t Au). Hal ini menunjukkan bahwa bagian dari deposit memiliki kualitas yang lebih baik.
Meski di tengah optimisme peningkatan sumber daya Deposit Onto yang di peroleh itu, justru tidak disebutkan seberapa ton sampel cor hasil eksplorasi yang dikirim ke laboratorium? Tidak hanya itu, tidak disebutkan juga laboratorium dalam negeri maupun luar negeri sebagai tempat menguji sampel cor hasil eksplorasi. Dari pertanyaan ini, pihak STM enggan membeberkannya kepada awak Media kmbali1.com, padahal, kali keduanya mengkonfirmasi melalui infoSTM1@vale.com.
Isu dugaan penyelundupan sampel cor di lokasi eksplorasi tambang mulai mencuat. Belakangan ini pun, menjadi perbincangan hangat di kalangan publik. Meskipun belum ada bukti konkret, isu ini sudah cukup mengguncang kepercayaan masyarakat terhadap integritas operasional perusahaan. Banyak yang mempertanyakan sejauh mana transparansi STM dalam menangani aktivitas eksplorasi mereka.
Menanggapi tuduhan tersebut, Principal Communications STM, Cindy Elza, dengan cepat membantah dugaan itu. Ia menekankan bahwa seluruh kegiatan eksplorasi perusahaan diawasi ketat oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan bahwa pengiriman sampel ke laboratorium luar negeri hanya dilakukan dengan izin ekspor yang sah. "Seluruh kegiatan eksplorasi kami diawasi ketat oleh instansi terkait, khususnya Kementerian ESDM. Pengiriman sebagian kecil sampel ke laboratorium di luar negeri pun membutuhkan izin ekspor yang diawasi ketat oleh instansi terkait," jelas Cindy.
Namun, penjelasan tersebut belum mampu menghapus kecurigaan publik. Banyak pihak mempertanyakan mengapa pengiriman sampel harus dilakukan ke luar negeri jika laboratorium dalam negeri bisa mendukung proses tersebut. Meskipun STM beralasan keterbatasan fasilitas di dalam negeri menjadi kendala. Ketidakpastian ini justru memperkuat spekulasi negatif mengenai transparansi dan integritas perusahaan.
Dalam upaya untuk mengendalikan kerusakan reputasi, STM mengimbau masyarakat agar tidak mudah percaya pada informasi yang tidak diverifikasi. "Informasi terpercaya terkait aktivitas kami dapat diperoleh di laman resmi kami atau melalui media sosial resmi STM," tutup Cindy.(Alon)
Posting Komentar