Cerita Pilu Petani Jagung di Dompu: Modal Habis, Utang Menumpuk, Harapan Kian Tipis. 

Dompu, kmbali1.com – Harapan Heryanto (thn 45), seorang petani jagung di Kecamatan Woja, Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat (NTB), pupus di tengah anjloknya harga jual hasil panen. Alih-alih mendapat keuntungan, ia justru terjebak dalam jerat utang yang kian membelit.

Heryanto mengisahkan bahwa awalnya ia menanam jagung dengan harapan bisa mendapatkan keuntungan untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. Dengan semangat tinggi, ia menggarap lahan luasnya sekitar dua hektar, membeli pupuk, dan merawat tanaman dengan penuh ketelatenan. 

Namun, nasib berkata lain. Harga jagung sesuai HPP jauh panggang dari api, sementara cuaca yang tak menentu menghalangi upayanya mengeringkan hasil panen nya. 

“Saya sudah keluarkan banyak modal, tapi harga jagung di lokasi hanya Rp3.100 per kilogram karena tidak bisa dikeringkan akibat hujan terus-menerus. Kalau bisa dijemur sampai kering, harga di gudang bisa Rp4.300-4.600 per kilogram,” ungkap dia dengan nada getir.


Potret seorang petani tengah menimbang jagung di ladangnya, lokasi Poktan "So Due Londo Amu" di Kelurahan Simpasai. 

Dari panen 7 ton tahun 2025 ini, ia hanya meraup sekitar Rp. 21 juta, angka yang jauh dari cukup untuk melunasi utang Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebesar Rp. 35 juta di Bank BRI. Beban produksi pun semakin mencekik. Biaya sewa lahan, pembelian bibit, ongkos pekerja, hingga transportasi terus menguras kantongnya.

Keluhan ini tak hanya dialami Heryanto, tetapi juga banyak petani jagung lainnya di Dompu. Mereka berharap pemerintah turun tangan, memberikan solusi atas fluktuasi harga yang kerap merugikan petani kecil.

“Saya hanya bisa pasrah. Kalau begini terus, saya tidak tahu bagaimana nasib kami ke depan,” ucapnya dengan tatapan kosong, menggambarkan ketidakpastian hidup yang kini menghantuinya. (Alon) 

Posting Komentar

 
Top