Dompu, kmbali1.com - fluktuasi harga jagung di Dompu Nusa Tenggara Barat (NTB) nampaknya tidak terkendali. Bahkan Harga Acuan Pemerintah (HAP) jauh panggang dari api. Hal itu, mengakibatkan penurunan semangat petani saat musim panen mulai berlangsung.
Pasalnya, perbedaan harga nampaknya semakin mencolok, di tingkat petani Rp 3.100-3.200 per Kg. Sementara di perusahaan pengepul sekitar Rp. 4.300-4.600 per Kg, pun tergantung hitungan kadar air dan potongan refaksi.
Namun, petani berharap jagung yang mereka jual mestinya dibeli sesuai harga yang sudah ditetapkan oleh pemerintah atau yang sebut-sebut Harga Acuan Pemerintah (HAP) Rp. 5.500 per Kg.
Seorang petani tulen di Kecamatan Woja, Zainudin (Thn 40) mengaku saat ini ia belum bisa memanen lantaran masih menunggu hasil sidak Bupati Dompu kemarin. Ia berharap setelah inspeksi mendadak pemerintah serius menjaga stabilitas harga. Mengingat beban biaya mulai pra panen hingga biaya produksi yang cukup tinggi.
"Sebelum mematok harga, sebaiknya pembeli juga mempertimbangkan beban biaya yang menjadi tanggungan kami. Pemerintah harus tegas dalam mengawasi peran Bulog dan perusahaan pengepul agar harga jagung tetap stabil,” ujar Zainudin pada Jum'at (21/03) kemarin.
Jika harga yang berlaku tidak sesuai penetapan pemerintah, bagi petani, itu momot yang menakutkan, selain sulit untuk melunasi utang di bank, kebutuhan keluarga juga musti mereka penuhi. Ketika harga jual lebih rendah dari beban biaya yang dikeluarkan, kepada siapa petani mengaduh?
Zainudin berujar sidak Bupati Dompu, Rabu (19/03) kemarin justru memberikan semangat baru bagi petani. Kenapa tidak, pemimpin Bumi Nggahi Rawi Pahu, Bambang Firdaus, dikabarkan tidak segan-segan memberikan ultimatum ke tiga perusahaan jagung di kecamatan Manggelewa.
Namun, jika perusahaan tidak mengikuti prosedur operasional standar (SOP) dan tidak membeli jagung sesuai harga pokok pembelian (HPP), izin usaha mereka terancam dicabut. (Alon)
Posting Komentar