Dr. Syarifuddin
Akademisi

Dompu, KMBali1.Com- Empat truk besar melintas di kegelapan malam, mengangkut muatan dari perut bumi Hu'u. Bukan sekadar bayangan, itu adalah pemandangan yang kerap disaksikan Dr. Syarifuddin, S.Pd., M.Pd., seorang akademisi asal Desa Daha, Kecamatan Hu'u, Kabupaten Dompu.

Pengangkutan material tambang oleh PT. STM yang ia saksikan langsung, menguatkan dugaan eksploitasi ilegal sumber daya alam (SDA) di wilayah tersebut. Dalam wawancara eksklusif dengan KMbali1.com Via Telepon Seluler Sabtu, (5/4) Sore Kemarin, Dr. Syarifuddin mengungkap kegeramannya terkait kurangnya transparansi dan dugaan pelanggaran yang dilakukan perusahaan pemegang izin eksplorasi tersebut.

"Saya sendiri melihatnya dengan mata kepala sendiri, hampir setiap kali pulang ke Daha sejak tahun 2021," ungkap Dr. Syarifuddin, yang juga dosen di Universitas Ibnu Khaldun Bogor. 

"Empat truk besar itu, setiap minggu, mengangkut material tambang dari Hu'u menuju Sumbawa. Pengangkutannya dilakukan di malam hari, seakan-akan ada yang disembunyikan." Ujarnya geram.

Lebih lanjut, Dr. Syarifuddin mempertanyakan transparansi PT. STM terkait isi muatan keempat truk tersebut. "Selama puluhan tahun beroperasi, tidak pernah ada laporan resmi mengenai kandungan material yang diangkut. Apakah itu uranium, mangan, emas, timah, atau besi? Kita tidak tahu! Ini merupakan bentuk ketidaktransparanan yang sangat memprihatinkan," tegasnya. 

Menurutnya, ketidakjelasan ini semakin diperparah oleh fakta bahwa pengangkutan tersebut dilakukan secara sembunyi-sembunyi di malam hari. Ia menilai, aktivitas pengangkutan material tambang dalam jumlah besar tersebut mengindikasikan bahwa PT. STM telah melakukan eksploitasi, bukan eksplorasi seperti yang tertera dalam izinnya. 

"Ini bukan lagi eksplorasi, ini eksploitasi yang dilakukan secara ilegal! Mereka telah merampok sumber daya alam kita di Hu'u dengan kedok eksplorasi," ujarnya dengan nada geram. 

"Empat truk setiap minggu itu, bukan aktivitas eksplorasi. Itu sudah eksploitasi, mereka sudah terlalu lama menguras kekayaan alam kita," lanjutnya.

Dr. Syarifuddin menambahkan bahwa ketidaktransparanan juga terlihat pada distribusi pekerjaan, di mana vendor lokal kerap dipersulit, sementara pekerjaan-pekerjaan kecil justru diberikan kepada perusahaan dari luar daerah. 

Ia mendesak pemerintah daerah untuk segera bertindak tegas dan menyelidiki dugaan praktik ilegal tersebut, serta meminta PT. STM untuk mempertanggungjawabkan aktivitasnya. Misteri empat truk setiap minggu ini menambah panjang daftar kecurigaan publik akan adanya dugaan praktik pertambangan ilegal yang terjadi di Hu'u.[KM02]

Posting Komentar

 
Top