Dompu, KMBali1.Com — Warga di sekitar wilayah tambang PT. Sumbawa Timur Mining (STM) kembali menyuarakan keresahan mereka. Keresahan ini terungkap dari warga Desa Hu'u Kecamatan Hu'u Dompu saat ditemui langsung KMBali1.com Sabtu, (12/4) baru - baru ini. Menurut catatan redaksi dari hasil wawancara dengan warga sekitar, setidaknya ada Dua isu utama yang mencuat, yakni perekrutan tenaga kerja yang dinilai tidak transparan dan dampak serius terhadap pertanian akibat aliran air yang diduga dialihkan ke lokasi eksplorasi di gunung.

Masalah Tenaga Kerja

Soal tenaga kerja, Masyarakat setempat mempertanyakan janji perusahaan terkait penyerapan tenaga kerja lokal. Seorang warga Desa Hu'u, sebut saja Muhammad (48 tahun) mengungkapkan kekecewaannya terhadap sistem perekrutan yang terkesan tertutup.

“Katanya rekrut tenaga kerja, bohong. Ya. Katanya kalau sudah masuk perusahaan itu untuk mengurangi pengangguran. Mana pengangguran yang kurang?” ungkapnya kepada Media.

Ketimpangan dalam distribusi tenaga kerja antar desa juga menjadi sorotan.

“Sistem perekrutannya itu tidak merata. entah karena faktor kedekatan, mungkin. Atau memang titipan desa,” ujar pria yang juga berprofesi sebagai nelayan ini.

Hal ini memicu aksi protes warga yang kerap memblokir jalan menuju lokasi tambang. Mereka menuntut agar warga lokal diberi prioritas kerja. Demikian ditambahkan warga lain. Sebut saja Suddin (65 tahun).

“Kenapa sih diblokir jalan setiap hari? Karena itu orang minta bekerja. Karena banyak pengangguran,” tambahnya.

Warga juga mengeluhkan bahwa rekrutmen tenaga kerja oleh PT. STM selama ini berlangsung tertutup, tidak menyentuh masyarakat lokal secara luas, bahkan terkesan hanya dinikmati oleh kelompok tertentu.

“Info kerja itu tidak sampai ke semua orang. Tiba-tiba sudah ada yang kerja,” ujar Suddin kepada Media.

“Kami sudah lama tinggal di sini, tapi orang luar yang justru direkrut.” lanjutnya.

Kondisi ini membuat sebagian besar warga lokal, khususnya anak muda, tetap menganggur dan merasa tersisih di tanah sendiri. Padahal, kehadiran perusahaan tambang besar seperti PT. STM sejak awal diharapkan mampu menyerap tenaga kerja lokal secara signifikan.

Musim Tanam yang Berkurang

Selain masalah ketenagakerjaan, warga juga mengeluhkan dampak lingkungan yang kian terasa, terutama di sektor pertanian. Debit air sungai yang selama ini menjadi sumber irigasi pertanian disebut menurun drastis.

Suddin dalam pernyataannya  menduga bahwa berkurangnya debit air sungai di Dusun Nanga Doro yang selama ini dikeluhkan warga setempat adalah akibat tersedot oleh Pihak Perusahaan untuk mendukung aktifitas eksplorasinya.

“Dugaan warga, Air kali dialihkan untuk bawa ke sana (lokasi eksplorasi_red) pakai pipa langsung,” kata pria paruh baya ini.

Akibatnya, petani mengalami kesulitan dalam mengairi lahan mereka. Tradisi membuat bendungan sederhana (dam sasak) pun tidak lagi mencukupi.

“Dulu Dam Sasak bisa bikin tiga kali setahun, sekarang petani kesulitan air, Air sekarang berkurang. Tidak cukup untuk sawah. Dulu cukup, sekarang sudah tidak,” kata warga lain.

“Waktu banjir kemarin, orang Nanga Doro itu tidak ada yang mandi di Kali Nanga Doro. Mereka datang ke sini karena tidak ada air,” tambahnya.

Kekecewaan juga ditujukan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Dompu yang dinilai pasif dan tidak tegas dalam membela kepentingan masyarakat lokal. Beberapa warga menyebut Pemda seakan bungkam atas persoalan-persoalan ini.

“Bupati juga itu tidak mau suarakan, mereka tidak mau bicara,” kata warga lainnya.

Dengan kondisi ini, warga mendesak PT. STM untuk lebih transparan dalam kebijakan perekrutan tenaga kerja dan segera mengatasi dampak lingkungan yang mereka timbulkan.[KM002]

Posting Komentar

 
Top