Ilustrasi

Dompu, kmbali1.com – Di negeri ini, hukum seharusnya berdiri tegak tanpa memandang siapa pelakunya. Namun, kenyataan yang kita saksikan hari ini justru sebaliknya: hukum bagaikan pedang yang hanya tajam ke bawah dan tumpul ke atas.

Lihatlah tiga peternak kecil di Dompu. Mereka hanyalah warga biasa yang berburu satwa di kawasan Taman Nasional Tambora demi mengisi perut keluarga. Tidak ada niat merusak, tidak ada motif bisnis gelap. Namun, hukum menebas mereka tanpa ampun, penangkapan cepat, proses hukum kilat, vonis hampir lima tahun penjara dijatuhkan tanpa ragu. Anak-anak mereka kehilangan ayah, istri-istri mereka kehilangan sandaran hidup. Inilah wajah penegakan hukum yang katanya “tidak pandang bulu”.

Bandingkan dengan kasus besar yang menyeret nama Direktur PT Lancar Abadi. Perusahaan ini diduga mencaplok kawasan hutan, kerusakan yang jauh lebih besar dampaknya bagi rakyat dan negara. Tapi bagaimana penanganannya? Berkas perkara dilaporkan terseret arus banjir, penyidikan mandek, dan sidang praperadilan masih dipenuhi ketidakpastian. Publik pesimis kasus ini akan benar-benar menyentuh akar masalah.

Di mana “keberanian” penyidik Gakkum saat berhadapan dengan pengusaha besar? Mengapa ketegasan yang mereka tunjukkan kepada rakyat kecil seolah menguap begitu saja ketika kasus menyangkut korporasi yang punya kekuasaan dan uang?

Mari bicara jujur: penegakan hukum kita sedang sakit parah. Penyidik gagah berani hanya ketika menindak yang lemah, tapi berubah menjadi pengecut saat menghadapi yang kuat. Slogan “tidak pandang bulu” hanya tinggal kalimat manis tanpa makna, ibarat topeng yang menutupi wajah sandiwara keadilan.

Hukum kita bukanlah hukum yang buta, ia justru celik, mampu melihat mana yang berduit dan mana yang tidak. Yang miskin digilas habis, yang kaya dipeluk dan diselamatkan.

Rakyat tidak butuh slogan; yang dibutuhkan adalah keberanian nyata. Tuntaskan kasus korporasi besar, hukum mereka yang diduga merampas hutan dan kekayaan negara, dan buktikan bahwa hukum benar-benar tegak untuk semua.

Selama keberanian hanya diarahkan ke bawah dan ketakutan menghadap ke atas, negeri ini bukanlah negara hukum, melainkan panggung sandiwara yang terus mempermalukan rakyatnya sendiri.[*] 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *