
Jakarta, kmbali1.com – Konflik yang memanas antara Iran dan Israel kembali memicu kekhawatiran global. Di tengah ketidakpastian ini, banyak masyarakat bertanya-tanya mengenai keamanan investasi mereka, terutama pada aset yang dianggap sebagai ‘safe haven’ atau Perlindungan paling aman seperti emas.
Hendra Wardana, seorang analis pasar terkemuka Selasa, (24/6) kemarin, memberikan pandangannya tentang peran emas dalam situasi geopolitik yang bergejolak ini.

Hendra menyebut, dalam situasi ketidakpastian global seperti eskalasi antara Iran dan Israel, investor cenderung mencari aset yang dianggap paling aman.
“Ketidakpastian global atau ketegangan di Timur Tengah menyebabkan investor beralih ke emas,” ujar Hendra. Hal ini mendorong kenaikan harga emas karena permintaan yang tinggi.
Menurutnya harga per gram emas saat ini bahkan sudah mencapai angka sekitar Rp 1,9 juta. Selain itu, saham-saham perusahaan yang bergerak di sektor emas, seperti Antam, MDKA, dan PSAB, juga ikut merasakan dampak positif dengan kenaikan harga. Ini menunjukkan bagaimana emas, baik dalam bentuk fisik maupun saham terkait, sering kali menjadi pilihan saat pasar lain bergejolak.
Meskipun emas menunjukkan penguatan di tengah krisis, Hendra Wardana memberikan saran penting bagi masyarakat untuk tidak terburu-buru membeli emas saat harganya sedang sangat tinggi.
“Saya secara pribadi tidak akan membeli emas saat ini di harga Rp 1,9 juta per gramnya,” tegas Hendra.
Ia lebih menyarankan untuk menunggu potensi koreksi harga. “Saya akan menunggu di sekitar Rp 1,7 juta per gram.” Sarannya. Pernyataan ini memberi sinyal kepada masyarakat, meskipun emas adalah aset aman, waktu pembelian tetap harus diperhatikan.
Hendra menambahkan, membeli saat harga sudah melonjak tinggi berisiko jika kemudian terjadi koreksi. Namun, Hendra juga mengakui bahwa jika eskalasi konflik terus meningkat, ada kemungkinan harga emas bisa menembus level Rp 2 juta per gram.
Terlepas dari fluktuasi harga jangka pendek, Hendra Wardana tetap menekankan pentingnya emas dalam strategi investasi jangka panjang. Menurutnya, emas harus menjadi bagian dari portofolio investasi, terutama bagi mereka yang memiliki profil risiko tertentu.
“Untuk investor konservatif atau moderat, emas wajib ada dalam portofolio dengan komposisi sekitar 20%,” jelas Hendra.
Sementara itu, bagi investor yang lebih agresif, emas bisa menjadi bagian dari 30% sisa portofolio yang tidak dialokasikan ke saham.[KM02]